tentang gunadarma

Jumat, 09 November 2018

STUDI KASUS STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

ABSTRAK 

Baja dan beton adalah salah satu bahan untuk struktur yang sebelumnya sudah ditentukan besar kekuatannya pada saat perencanaan struktur bangunan. Besarnya kekuatan bahan yang direncanakan erat kaitannya dengan faktor ekonomis, efisiensi dan fungsi bangunan itu. Permasalahannya adalah mutu bahan di lapangan tidak selalu sesuai dengan mutu bahan yang ditetapkan dalam perencanaan. Mutu bahan di lapangan kadang jauh melampaui mutu bahan yang disyaratkan dalam perencanaan, tetapi kadang mutu bahan di lapangan di bawah mutu bahan yang direncanakan. Pada kondisi pertama hanya berpengaruh pada nilai ekonomis dan efisiensi. Tetapi pada kondisi kedua faktor keamanan struktur bangunan harus ditinjau dan diambil tindakan-tindakan memperbaiki yang tentunya mengakibatkan pekerjaan menjadi tidak ekonomis dan efisien lagi. Penelitian ini mencoba rnembandingkan dimensi struktur pada perencanaan dengan mutu bahan yang direncanakan dengan dimensi struktur hasil redisain dengan mutu bahan di lapangan.
Secara kesuluruhan pada proyek-proyekyang ditinjau mutu bahan yang dihasilkan tidak sesuai dengan mutu bahan rencana. Pada Proyek Telkom tampang II adalah hasil redisain optimum, dengan penghematan yang dapat diperoleh sebesar 15 % dibanding disain pada perencanaan. Proyek STIE-YKPN tampang III adalah hasil redisain optimum, dengan penghematan sebesar 20,26 % dibanding disain pada perencanaan. Proyek Kanca BRI tampang II adalah hasil redisain optimum, dengan penghematan sebesar 28,06 % dibanding disain pada perencanaan.

1.1. Latar Belakang Masalah
 Dalam era pembangunan dewasa ini, segala sektor dituntut untuk bersaing baik dalam mutu maupun pelayanannya, baik sektor bisnis, pendidikan, pariwisata, tempat hunian, sarana transportasi, telekomunikasi dan lain sebagainya. Untuk meningkatkan mutu dan pelayanan itu dibutuhkan sarana pendukung misalnya pembangunan bangunan bertingkat yang banyak dibangun saat ini. Untuk mewujudkan pembangunan sarana-sarana itu maka dilaksanakan suatu perencanaan bangunan berdasarkan kebutuhan dan fungsi bangunan, pertimbangan dari berbagai segi antara lain politik, ekonomi sosial dan budaya serta perencanaan strukturnya sendiri.
Perencanaan struktur bangunan akan melalui beberapa tahap antara lain melalui survey lapangan, disain arsitektur dan perhitungan dimensi struktur bangunan. Salah satu yang direncanakan sebelum mendimensi struktur bangunan adalah mutu bahan konstruksi. Dengan perencanaan mutu bahan konstruksi yang sesuai dengan kebutuhan dan fungsi bangunan itu nantinya, maka akan diperoleh suatu bangunan yang ekonomis namun tetap terjamin keamanannya.
Gedung-gedung yang dibangun saat ini biasanya berupa struktur beton bertulang. Pada struktur beton bertulang bahan utama konstruksinya adalah beton bertulang, dengan beton mutu K 300 dan baja U 22 untuk 0 13 mm ke bawah, dan U 39 untuk baja di atas 0 13 mm. Artinya gedung itu akan dibangun dengan beton yang mempunyai kuat desak karakteristik sebesar 300 kg/cm2, memakai baja yang bertegangan leleh sebesar 2200 kg/cm2 yang berdiameter 13 mm ke bawah dan 3900 kg/cm2 untuk yang berdiameter lebih besar dari 13 mm.

1.2. Permasalahan 
Salah satu aspek dalam perencanaan suatu bangunan seperti telah disebutkan di atas adalah perencanaan mutu bahan konstruksi yang akan dipakai, dalam hal ini mutu beton rencana dan mutu baja rencana. Perencanaan mutu bahan ini diperlukan sebagai dasar dalam perhitungan dimensi struktur bangunan. Yang menjadi permasalahan adalah bahwa mutu bahan konstruksi di lapangan dari hasil test di laboratorium sering kali tidak sesuai dengan mutu bahan yang direncanakan semula. Mutu bahan hasil test ada yang di atas atau bahkan di bawah mutu bahan rencana.
Kondisi ini akan berpengaruh pada nilai ekonomis dan efisiensi dalam proyek pembangunan tersebut. Sebab apabila hasil test laboratorium menunjukkan bahwa mutu bahan yang dihasilkan temyata di bawah mutu bahan yang direncanakan, maka haras dilakukan suatu tindakan atau upaya agar fungsi dan faktor keamanan bangunan tetap terjamin. Upaya ini tentunya memerlukan waktu dan biaya sehingga proyek tersebut menjadi berkurang nilai ekonomisnya dan kurang efisien.
Sebaliknya bila hasil test laboratorium terlampau jauh di atas mutu bahan rencana, ini berarti suatu pemborosan. Karena dengan mutu bahan konstruksi yang lebih tinggi akan didapat dimensi struktur yang lebih kecil.

1.3. Tujuan Studi Kasus 
Tujuan studi kasus ini adalah sebagai berikut:
. Membandingkan dimensi struktur di lapangan dengan mutu beton dan baja rencana dan dimensi struktur berdasarkan mutu beton dan baja yang dihasilkan.
 2. Mengetahui besarnya penghematan ataupun penambahan volume pekerjaan dengan mutu bahanyang sesungguhnya di lapangan.

1.4. Manfaat Studi Kasus 
Manfaat studi kasus ini antara lain :
1. Studi kasus ini diharapkan dapat diaplikasikan pada berbagai proyek yang akan ataupun tengah dibangun.
2. Dapat menghitung besar volume tambahan ataupun penghematan yang didapat darimutu beton danbajayang dihasilkan di lapangan.
 3. Dapat diambil tindakan berkaitan dengan mutu beton dan baja yang dihasilkan di lapangan dari hasil test di laboratorium, tanpa mengubah nilai keamanan bangunan sebagai unsur yangsangat penting.

1.5. Batasan Masalah 
Ruang lingkup permasalahan dalam studi kasus ini dibatasi sebagai berikut:
1. Membandingkan data dari hasil perencanaan dan data hasil test di laboratorium, yang meliputi kuat desak beton dan kuat tarik baja.
2. Merencanakan dimensi struktur berdasarkan kekuatan bahan dari hasil test di laboratorium, yaitu dimensi pelat lantai, balok dan kolom, khususnva akibat gaya lentur. Akibat gaya geser tidak dibahas dalam penelitian ini.
3. Membandingkan antara dimensi struktur hasil perencanaan semula dengan dimensi struktur dari perencanaan berdasarkan kekuatan bahan hasil test di laboratorium.

1.6. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipakai dalam studi kasus ini meliputi langkahlangkah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data-data dari berbagai proyek khususnva di kodya Yogyakarta yang terdiri dari data test kuat tekan beton dan uji tarik baja dari laboratorium, gambar struktur, dasar perhitungan stmktur dan lain sebagainya.
2. Menghitung besarnya kekuatan beton dan kekuatan baja dari data yang didapatkan dari hasil test di laboratorium dari berbagai proyekdi atas.
3. Mendimensi struktur dengan kekuatan bahan yang sesungguhnya di lapangan.
4. Membandingkan antara dimensi struktur dengan kekuatan beton dan baja rencana dengan kekuatan beton dan baja di lapangan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Untuk merancang/mendisain stmktur bangunan diperlukan penguasaan ilmu tentang stmktur, baik analisa struktur, struktur beton, struktur baja dan lain sebagainya yang berhubungan dengan struktur. Salah satu yang direncanakan sebelum mendimensi struktur bangunan adalah mutu bahan konstruksi karena sangat berpengaruh terhadap kekuatan konstruksi bangunan. Dengan menentukan mutu bahan konstruksi yang sesuai dengan kebutuhan dan fungsi bangunan itu diusahakan pengeluaran biaya dapat seekonomis mungkin namun nilai kekuatan dan nilai keamanannya tetap terjamin.

2.2. Analisa dan Disain Kapasitas Balok T dengan Metode Elastis dan Kekuatan Batas
Penelitian ini dilakukan oleh Aiwa G. dan Arief Muharto (1995). Tujuannya untuk membandingkan antara metode kekuatan batas dengan metode elastis dalam mendukung momen, sehingga dapat diketahui metode yang lebih efisien dalam perencanaan balok T.
Proses disain ini dimulai dengan menentukan data yang diperlukan dalam mendisain balok T seperti mutu beton dan baja, panjang balok serta data- data yang lain yang digunakan dalam mendisain balok T kemudian data tersebut dimasukkan ke dalam rumus perencanaan baik dengan metode elastis dan metode kekuatan batas.
Hasil dari disain ini adalah untuk pemakaian penampang balok T yang sama antara metode kekuatan batas dengan metode elastis menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode kekuatan batas lebih ekonomis dibandingkan metode elastis. Hal ini menunjukan bahwa perencanaandengan metode kekuatan batas akan lebih efisiean dari metode elastis.

2.3. Analisa Lentur dan Geser Lentur Balok Beton Bertulang Tampang Segitiga
Penelitian yang dilakukan oleh Johanis Suhali dan Barliyan (1994) ini tujuannya untuk menganalisa komparasi kapasitas lentur balok beton bertulang tampang persegi dengan balok beton tertulang tampang segitiga, juga memperkenalkan balok beton bertulang tampang segitiga sebagai altematif lain elemen stmktur pendukung bangunan. Analisa ini berpedoman pada PBI 1971.
Langkah-langkah yang hams ditempuh dalam menghitung kuat lentur pada balok beton bertulang tampang segitiga yang telah mengalami reduksi pada ujungbeton di daerahtarik adalah sebagai berikut:
a. Dihitung besar reduksi ujung beton.
b. Dihitung letak garis netral.
c. Diperiksa jarak antar tulangan.
d. Dihitung jarak lengan momen.
e. Dihitung kuat lentur balok.
Hasil analisa ini adalah untuk volume beton yang sama kapasitas lentur tampang segitiga lebih besar bila dibandingkan dengan balok tampang persegi. Dan volume yang dipakai pada balok segitiga tereduksi lebih kecil dibanding volume beton yang dipakai pada balok persegi. Dari hasil penelitian ataupun tulisan ilmiah di atas tidak dapat digunakan untuk merancang atau mendisain struktur bangunan secara keseluruhan. Seperti halnya penelitian yang di tulis oleh Aiwa G. dan Arief Maharta (1995) hanya menganalisa tentang kapasitas balok T saja dengan menggunakan metode elastis dan kekuatan batas. Demikian juga dengan penelitian yang ditulis oleh Johanis Suhali dan Barliyan (1994), penelitian ini penganalisaannya dengan menggunakan metode elastis dalam membandingkan kapasitas lentuk bertulang persegi dengan segitiga, dengan kata lain tulisan di atas ini hanya untuk merencanakan dimensi balok saja.
Dalam penelitian ini disain struktur bangunan yang ditinjau meliputi balok, kolom dan pelat. Sedangkan metode yang dipakai adalah metode elastis dan metode ultimit dan disesuaikan dengan metode disain yang dipakai dalam mendisain stmktur bangunan gedung itu semula (seperti dalam perencanaan proyek).

BAB III 
ANALISA STRUKTUR
3.1. Pengertian Beton
Beton adalah bahan yang diperoleh dari mencampur semen, pasir, agregat kasar dan halus, air dan juga kadang-kadang ditambah dengan bahan kimia tambahan ("admixture"). Dari material tersebut diaduk dengan merata sampai bersifat plastis yang kemudian dituangkan dalam cetakan dan dibiarkan hingga mengeras. Pengerasan tersebut terjadi oleh peristiwa reaksi kimia antara air dengan semen, dan hal ini berjalan selama waktu yang panjang, dan akibatnya campuran tersebut selalu bertambah keras setara dengan umumya. Beton yang sudah keras dapat dianggap sebagai batu tiruan.
Kekuatan, keawetan dan sifat beton yang lain tergantung antara lain bahan dasar pembentuknya, nilai perbandingan bahan-bahannya, cara pengadukan maupun cara pengerjaan selama penuangan adukan beton, cara pemadatan dan cara perawatan selama proses pengerasan. Campuran beton yang baik hams memenuhi faktor sebagai berikut:
1. kekuatan (strenght) tinggi, sehingga jika dikombinasikan dengan baja tulangan (yang kuat tariknya tinggi) dapat dikatakan mampu dibuat untuk struktur berat,
2. tahan lama (awet) yakni mempunyai sifat tahan terhadap karat oleh kondisi lingkungan,
3. kemudahan pengerjaan (workability), sifat ini merupakan ukuran dari tingkat kemudahan adukan untuk dituang dan dipadatkan. Perbandingan bahan-bahan maupun sifat-sifat bahan itu secara bersama-sama mempengaruhi sifat kemudahan pengerjaan beton.
3.2. Pengertian Baja 
Baja adalah merupakan paduan antara besi dengan karbon yang berbentuk batang yang biasa digunakan untuk penulangan beton. Berdasarkan bentuknya baja tulangan terdiri dari baja tulangan polos dan baja tulangan ulir (deform). 1 Baja tulangan polos merupakan batang baja yang permukaannya licin (rata). 2. Baja tulangan ulir merupakan batang dengan bentuk permukaan khusus untuk mendapatkan pelekatan (bonding) pada beton yang lebih baik dari pada baja tulangan polos pada luas penampang yang sama.
3.3. Kuat Desak Beton
Sifat beton pada umumnya lebih baik jika kuat desaknya lebih tinggi. Dengan demikian untuk meninjau beton biasanya secara kasar hanya ditinjau kuat desaknya saja. Dan kuat tekan beton biasanya berhubungan dengan sifat-sifat lain, maksudnya bila kuat tekannya tinggi sifat-sifat yang lain juga baik. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton adalah sebagai berikut:
1. faktor air semen (fas)
2. umur beton
3. pengaruh agregat.
3.3.1. Faktor air semen (fas)
Kuat desak beton pada umur-umur tertentu sangat dipengaruhi oleh perbandingan berat air dan berat semen dalam campuran beton. Dengan kata lain jika angka perbandingan air terhadap semen sudah tertentu, maka kekuatan beton yang direncanakan pada umur tertentu pada dasamya dapat diperoleh dengan syarat bahwa campuran tersebut dapat dikerjakan, agregatnya baik, tahan lama dan bebas material yang merugikan.
3.3.2. Umur beton 
Suatu beton apabila umumya bertambah maka kekuatannya (kuat desak, kuat tarik dan kuat lekat) bertambah tinggi. Yang dimaksud dengan umur beton adalah waktu yang dihitung sejak beton dicor. Pada umumnya standar kekuatan beton dipakai kuat tekan beton pada umur 28 hari, namun jika keadaan mendesak pada beton yang bemmur kurang dari 28 hari boleh dilakukan pengujian kuat desak beton tetapi dengan syarat hasilnya hams dibagi dengan faktor tertentu untuk mendapatkan perkiraan kuat desak beton pada umur 28 hari. Nilai faktor pembanginya dapat dilihat pada bab 4 tabel 4.1.4. PBI 1971.
3.3.3. Pengaruh agregat
Pengaruh agregat terhadap kekuatan beton yang utama adalah bentuk, tekstur permukaan dan ukuran maksimum agregat itu sendiri. Untuk menghasilkan kuat desak beton yang tinggi maka diusahakan untuk memilih 11 bentuk agregat yang bersudut (batu pecah) karena mempunyai luasan permukaan yang lebih besar daripada agregat yang bulat(kerikil), sehingga mempunyai daya lengket dengan pasta lebih kuat.
3.4. Kuat desak beton karakteristik 
Kuat desak beton karakteristik adalah kekuatan desak dari hasil pemeriksaan sejumlah benda uji yang memungkinkan adanya kekuatan desak yang kurang dari itu terbatas sampai 5 % saja. Untuk memperoleh kualitas beton sesuai dengan kuat tekan beton yang disyaratkan, dianjurkan untuk membuat sedikit di atas dari kuat desak beton yang disyaratkan. Apabila kuat desak beton rata-rata di bawah kuat desak beton yang disyaratkan maka pengecoran tersebut hams dihentikan dan dalam waktu singkat hams diadakan percobaan non-destruktif pada bagian konstruksi yang kekuatan betonnya meragukan itu.Untuk lebih jelasnya lagi dapat di baca pada buku PBI 1971 bab 4 pasal 4.8. ayat 1- 3. Selain dari sudut persyaratan kuat tekan juga dapat pula dievaluasi dari sudut biaya, karena jika kuat desak beton yang diperoleh terlalu tinggi di atas persyaratan biaya pembuatan beton biasanya terlalu mahal. Adapun cara menghitung kuat tekan beton karakteristik (a"bk) bisa dilihat pada PBI 1971 bab 4 pasal 4.5.
3.5. Kuat Tarik Baja Tulangan 
Agar perancangan struktur dapat optimal, sehingga hasil rancangan cukup aman dan ekonomis, maka sifat-sifat mekanika bahan struktur perlu diketahui dengan baik. Jika sifat-sifat bahan struktur tidak dikuasai, hasil perancangan tidak saja dapat boros, tetapi juga dapat berbahaya. Sifat-sifat baja struktur dapat dipelajari dari diagram tegangan-regangan. Diagram ini menyajikan informasi yang penting pada baja dalam berbagai tegangan. Untuk membuat diagram tegangan-regangan, perlu dilakukan pengujian bahan. Pengambilan spesimen untuk pengujian bahan beserta bentuk dan ukurannya dilakukan berdasarkan suatu peraturan, misalnya PUB1, ASTM, British Standard dan sebagainya. Pengujian tarik spesimen baja dapat dilakukan memakai Universal Testing Machine (UTM). Dengan mesin ini spesimen ditarik dengan gaya yang berubah-ubah, dari nol diperbesar sedikit demi sedikit sampai batang putus. Pada saat spesimen ditarik, besar gaya atau tegangan dan pembahan panjang batang atau regangan dimonitor. Pada UTM yang mutakhir, hasil monitoring ini dapat disimpan dalam disk, atau disajikan dalam bentuk diagram tegangan-regangan lewat plotter.
3.6. Metode Elastis
Perhitungan dengan metode elastis meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Statika konstruksi, yaitu perhitungan momen dan gaya-gaya di dalam konstruksi akibat beban dengan menggunakan prinsip dari teori elastis. b. Disain tampang yaitu mendisain penampang beton dari ketentuan yagn sudah ada sebelumnya untuk mendapatkan dimensi penampang yang memenuhi syarat dalam hal kekuatan dan keamanan. c. Analisa tampang yaitu hitungan kekuatan penampang beton serta jumlah tulangan yang sudah didisain akibat momen dan gaya yang bekerja pada penampang tersebut. Dalam hal ini, maka pada setiap penampang kritis dari konstmksi tidak boleh bekerja tegangan-tegangan yang melampaui tegangan ijin bahan. Kekuatan desak ijin beton diperoleh dari kuat desak karakteristik (o'bk) dikalikan dengan suatu faktor tertentu, sedang kekuatan tank ijin baja tulangan didapat dari tegangan leleh karakteristik (oau) atau tegangan karakteristik yang memberikan regangan sebesar 0,2 % (o 0.2) dikalikan dengan suatu faktor tertentu pula. Besarnya nilai faktor untuk beton dan baja tulangan berbeda. Dan nilainya tergantung pada jenis pembebanan, keadaan lingkungan dan letak bagian konstruksi tersebut.seperti dijelaskan di atas. Tegangan ijin baja-tulangan dan beton dapat dilihat pada tabel 10.4.1. dan 10.4.2. PBI 1971.

BAB IV 
STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG BERTLNGKAT SEBAGAI MODEL ANALISIS
3.7. Umum 
Pada bab sebelumnya telah dibicarakan mengenai teori, batasan-batasan dan juga metode-metode yang digunakan dalam menganalisa stmktur bangunan gedung. Dari data hasil uji beton dan baja beberapa proyek pembangunan di DIY didapat kuat tarik baja dan kuat desak beton yang sesungguhnya dihasilkan di lapangan. Kemudian dari kekuatan bahan yang sesungguhnya di lapangan ini dilakukan redesign stmktur dengan menggunakan program bantu yaitu dengan bahasa Basic dan Turbo Basic. Dalam program ini dipakai rumus sebagaimana telah dibicarakan pada bab sebelumnya
Hasil redisain tersebut di atas kemudian dibandingkan dengan disain dalam perencanaan sehingga diketahui seberapa besar penghematan atau penambahan yang akan didapat jika pada proyek tersebut dilakukan redesign berdasarkankekuatan bahan yang sesungguhnya di lapangan. Dalam Tugas Akhir ini sebagai bahan analisis studi komparasi diambil data-data dari beberapa proyekyang ada di DIY, yaitu :
1. Proyek Pembangunan GedungTELKOM Yogyakarta.
2. ProyekPembangunan Gedung Ruang Kuliah danPerpustakaan STIE-YKPN.
3. ProyekPembangunan Gedung Kanwil/Kanca BRIYogyakarta.
Mengenai data-data perencanaan dan hasil uji laboratorium akan disajikan pada sub-bab berikut ini. 3.8. Data Proyek 
Data proyek yang diperlukan dalam studi kasus ini seperti telah dipaparkan di depan, meliputi dasar perencanaan, mutu bahan (baja dan beton), hasil uji bahan di laboratorium dan data-data stmktur (gambar struktur).
3.9. Data Proyek Pembangunan
Gedung TELKOM Yogyakarta
1. Dasar perhitungan memakai PBI 1971.
2. Mutu bahan direncanakan :
a. Beton K 250.
b. Baja U 24 untuk 0 < 13 mm dan U 39 untuk 0 13 mm ke atas.
3. Gedung direncanakan untuk perkantoran.
4. Potongan portal lintang gedung.
5. Hasil uji beton dan baja di laboratorium

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan 
Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa mutu bahan yang dihasilkan di lapangan tidak sesuai dengan mutu bahan yang ditetapkan dalam perencanaan. Kesimpulan rinci masing-masing proyek adalah sebagai berikut:
4.1.1. Proyek Gedung Telkom Yogyakarta 
a. Pada proyek ini mutu bahan yang dihasilkan di lapangan tidak sesuai dengan mutu bahan yang direncanakan. Mutu beton di lapangan mengalami kenaikan dan mutu beton rencana. Baja 0 < 13 mm sesuai perencanaan, sedang 0 > 13 mm melampaui mutu perencanaan.
b. Hasil redisain pelat tidak mengalami perubahan baik tebal pelat maupun jarak tulangannya. c. Altematif redisain portal yang optimum adalah pada tampang II dengan biaya sebesar 15 % lebih rendah dibanding dalam perencanaan.
4.1.2. Proyek Gedung STIE-YKPN Yogyakarta 
a. Pada proyek ini mutu bahan yang dihasilkan di lapangan tidak sesuai dengan mutu bahan yang direncanakan. Mutu beton dan baja tulangan di lapangan mengalami kenaikan kekuatan yangsangat tinggi. 66 67
b. Pada platre disain menunjukkan tidak mengalami perubahan.
c. Pada portal yang ditinjau altematif redisain tampang HI adalah redisain yang optimum dengan biaya 20,26 % lebih rendah dibanding dalam perencanaan.
4.1.3. Saran 
Dari uraian dalam pembahasan dan kesimpulan di atas maka penyusun memberi saran sebagai berikut: a. Pada pelaksanaan suatu proyek agar bangunan yang dihasilkan benar-benar efisien dan ekonomis tetapi keamanan tetap terjamin, maka mutu bahan konstruksi yang dipakai ini hams benar-benar diperhatikan agar sesuai dengan mutu bahan yang direncanakan.
b. Apabila mutu bahan di lapangan lebih rendah dari mutu bahan yang direncanakan maka perlu dievaluasi kembali kemampuan struktur bangunan itu dalam mendukung beban kerja. Kemudian diambil langkah untuk penanggulangan dan perbaikan sehingga keamanan konstruksi tetap terjamin. c. Apabila mutu bahan di lapangan jauh melampaui mutu bahan rencana, kiranya perlu diperhitungkan penghematan volume pekerjaan yang sebenamva dapat diperoleh dengan mutu bahan di lapangan tersebut.
d. Pada penelitian ini penyusun belum membahas tulangan penahan geser, struktur pondasi, penyebab perbedaan mutu bahan dalam perencanaan dan mutu bahan di lapangan dan langkah-langkah penanggulangannya. Kiranya hal-hal tersebut di atas dapat dijadikan bahan kajian untuk penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA 
1. Istimawan Dipohusodo, 1994, STRUKTUR BETON BERTULANG, Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03, Departemen Pekerjaan Umum RI, Jakarta.
2. Nawy, Edward G, 1990, BETON BERTULANG, terjemahan Ir. Bambang Suryoatmono, M.Sc. Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Katolik Parahiyangan, PT.Eresco, Bandung.
3. Kardiyono Tjokrodimuljo, 1992, BAHAN BANGUNAN, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
4. Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, 1979, PERATURAN BETONBERTULANG INDONESIA 1971 N.I.-2, cetakan ke 7, Bandung
5 PADOSBAJAYOJ992, PENGETAHUAN DASAR STRUKTUR BAJA, edisi ke-2, Yogyakarta.
6. Aiwa G, Arief M, 1995, Analisa dan Disain Kapasitas Balok T dengan metode Elastis dan Kekuatan Batas, FTSP - UII, Yogyakarta.
7. Johanes S, Barliyan, 1994, Analisa Lentur dan Geser Lentur Balok Beton Bertulang Tampang Segitiga, FTSP - UII, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar