tentang gunadarma

Selasa, 05 November 2019

Studi Kasus Klaim Konstruksi Proyek di Papua


Membuat studi kasus tentang Klaim Konstruksi proyek di Papua
Oleh: Friza Wastu Lestari
Klaim bisa timbul antara para pihak yang terlibat di dalam proyek yang merasa tidak puas terhadap hasil kerja antara pihak yang terikat didalam kontrak. Pada kajian kali ini akan memaparkan klaim konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor kepada pemilik dengan mengambil studi kasus pada salah satu proyek yang ada di Papua. Dari hasil kajian keterlambatan bisa disebabkan karena keterlambatan pengadaan, perubahan gambar desain di lapangan, penundaan keberangkatan tenaga kerja, penambahan tenaga kerja lokal yang diluar rencana yang dilakukan oleh pihak Pemilik, perubahan cuaca, kondisi tanah di lapangan yang berbeda, kebijakan HSE yang menyebabkan produktifitas menurun. Penyelesaian klaim dilakukan dengan baik melalui negosiasi antara senior management dari pihak Pemilik dan pihak Kontraktor dengan pihak kontraktor mengajukan kompensasi sebesar Rp. 198,852,930,000 yang disepakati sebesar Rp.76,958,510,000.
Metode klaim yang digunakan oleh kontraktor dalam pengajuan klaim adalah metode estimating cost item. Metode analisa klaim dari kontraktor menggunakan item biaya langsung, pada kategori biaya, ada nya peningkatan biaya dapat dengan mudah dibuktikan dan ditentukan besarnya. Contohnya, peningkatan biaya finansial dan biaya peralatan. Dipihak lain, kita juga menemukan item-item yang tidak mudah dihitung, seperti homeoffice overhead. Pada bagian ini akan dibahas kategori biaya yang biasa digunakan dalam pengajuan klaim, antara lain sebagai berikut:
a)    Peningkatan biaya pekerja: dibagi menjadi biaya pekerja langsung dan tidak langsung. Peningkatan biaya pekerja langsung biasanya disebabkan oleh aktivitas yang secara langsung dipengaruhi oleh kekacauan yang disebabkan oleh owner.
b)    Peningkatan biaya finansial: berkaitan dengan keterlambatan yang terjadi, kontraktor yang menanggung peningkatan biaya finansial dari proyek konstruksi. Untuk membenarkan klaim yang diajukan, kontraktor harus dapat memperlihatkan seluruh rincian biaya yang dimaksud, sehingga bukti-bukti dapat diterima.
c)    Peningkatan biaya overhead: termasuk didalamnya adalah site over head dan home office overhead. Peningkatan site overhead selalu lebih mudah untuk ditentukan jumlahnya.

Data Umum Proyek
Proyek ini berada di Irian Jaya Barat. Nilai kontrak yang disetujui adalah dalam mata uang US dolar. Proyek ini merupakan proyek EPC (Engineering, Procurement dan Construction). Jenis proyek berupa kombinasi antara Lump sum dan Unit rate. Pekerjaan untuk jenis kontrak Lump sum meliputi: Dormitory block A dan B, Gedung Administrasi, Klinik, Sentral Building, Mesjid, Gereja, Pos Penjagaan, Kantor Bea dan keamanan Pintu Gerbang dan Area keamanan, Trotoar 1 & 2, Outdoor Infrastructure: road and pavement, fence and gate. Pekerjaan untuk jenis kontrak Unit rate mencakup : Pile Cap, Earth Structure, External Sewerage and Drainage, External Concrete,External Communication system, electrical work, landscaping, loose furniture and equipment. Proyek Building-2 ini ditandatangani pada tanggal 9 Maret 2006, proses konstruksi dijadwalkan akan selesai pada tanggal 30 Juli 2007. Sebelum penandatanganan kontrak, owner menerbitkan letter of agreement pada tanggal 10 Februari 2006 sebagai surat izin kepada kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan persiapan. Rencana kerja penyelesaian untuk semua pekerjaan Building 2 yang telah disepakati kedua belah pihak seperti yang tercantum dalam kontrak adalah selama 486 hari (Pekerjaan dimulai tanggal 01 April 2006 dan selesai tanggal 31 Juli 2007). Pada kenyataannya, pihak Kontraktor baru dapat menyelesaikan seluruh pekerjaan Building – 2 pada tangal 15 Juni 2008 atau mundur selama 320 hari (+ 11 bulan) dari rencana yang telah disetujui. Karena keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan pada proyek building-2 ini, Kontraktor mengajukan klaim kepada Pemilik. Pemilik menerima 2 klaim formal dari kontraktor dengan total klaim sebesar IDR 241,985,163,700 dengan perincian sebagai berikut:
a)  Klaim pertama diterima oleh Pemilik pada tanggal 17 December 2007, dengan total klaim IDR 198,852,930,000
b)  Klaim kedua diterima oleh Pemilik pada tanggal 2 May 2008, dengan total klaim sebesar IDR 42,932,233,700

Sebab Pengajuan Klaim Dari Kontraktor
Kontraktor mengajukan klaim kepada owner karena beberapa masalah seperti: keterlambatan pengadaan dari pihak Pemilik, perubahan gambar desain di lapangan, penundaan keberangkatan tenaga kerja, penambahan tenaga kerja lokal yang diluar rencana, perubahan cuaca, kondisi tanah di lapangan yang berbeda, kebijakan HSE yang menyebabkan produktifitas menurun, produktivitas menurun karena kondisi dari kantin, penambahan ongkos kirim untuk material karena perubahan tempat keberangkatan, demobilisasi dari peralatan, kelebihan material dan fasilitas konstruksi dilapangan, penurunan produktivitas akibat keterbatasan kapasitas kamp, tambahan biaya untuk mempercepat proses penyelesaian proyek Buiding-2, penggantian biaya atas kehilangan kesempatan untuk mendapatkan proyek baru dikarenakan keterlambatan penyelesaian proyek building-2.

Penyelesaian Klaim
Secara keseluruhan total klaim sebesar Rp. 150,000,000,000,- ditolak oleh owner karena kontraktor tidak mempunyai dasar yang kuat dalam pengajuan klaim, dan juga kontraktor tidak memiliki back up data dan bukti2 yang dapat menguatkan klaim tersebut. Penyelesaian klaim dilakukan dengan cara negosiasi. Pertemuan dilaksanakan beberapa kali di Jakarta antara senior management dari pihak Pemilik dan pihak kontraktor untuk berunding mengambil keputusan yang terbaik. Dalam pertemuan tersebut diatas membahas mengenai analisa klaim yang dilakukan oleh owner dan penjelasan dari kontraktor. Tetapi karena kontraktor tidak memiliki dasar yang kuat dalam pengajuan klaim, baik dari segi pendekatan dengan kontrak dokumen maupun kelengkapan data, maka owner tidak dapat mengabulkan permintaan biaya tambahan yang diajukan. Namun, owner tetap akan memberikan kompensasi untuk beberapa pekerja yang memang hak dari kontraktor. Meskipun kontraktor gagal menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktu nya, tetapi owner tetap menghargai kerja keras dari kontraktor yang pada akhirnya dapat menyelesaikan seluruh pekerjaan dengan kualitas yang bagus (high standard). Proposal harga dari Pemilik sebagai claim settlement adalah Rp. 76,958,510,000 (jumlah nilai tersebut dihitung dengan menggunakan metode perhitungan selisih antara harga yang tercantum di kontrak dengan biaya aktual yang dikeluarkan oleh kontraktor serta dengan memepertimbangkan kondisi sebenarnya yang terjadi dilapangan selama pekerjaan berlangsung. Dan kontraktor menerima harga yang ditawarkan oleh pemilik sebagai kesepakatan untuk kompensasi klaim secara keseluruhan.

Kesimpulan
Klaim akibat dari kemunduran waktu pelaksanaan karena beberapa masalah seperti: keterlambatan pengadaan dari pihak Pemilik, perubahan gambar desain di lapangan, penundaan keberangkatan tenaga kerja, penambahan tenaga kerja lokal yang diluar rencana, perubahan cuaca, kondisi tanah di lapangan yang berbeda, kebijakan HSE yang menyebabkan produktifitas menurun, produktivitas menurun karena kondisi dari kantin, penambahan ongkos kirim untuk material karena perubahan tempat keberangkatan, demobilisasi dari peralatan, kelebihan material dan fasilitas konstruksi dilapangan, penurunan produktivitas akibat keterbatasan kapasitas kamp, tambahan biaya untuk mempercepat proses penyelesaian proyek Buiding-2, penggantian biaya atas kehilangan kesempatan untuk mendapatkan proyek baru dikarenakan keterlambatan penyelesaian proyek building-2.
Penyelesaian klaim dapat diselesaikan dengan baik melalui negosiasi antara senior management dari pihak owner dan pihak kontraktor. Tidak ada upaya hukum yang harus ambil dalam penyelesaian klaim ini. Dengan jalan negosiasi didapat kesepakatan harga antara pihak owner dan pihak kontraktor tanpa menempuh jalur hukum. Dari total harga yang diajukan sebesar Rp. 198,852,930,000 disepakati kompensasi yang akan dibayarkan kepada kontraktor adalah sebesar Rp. 76,958,510,000

Saran
Untuk mengajukan klaim, sebaiknya kontraktor mempunyai data-data pendukung yang kuat. Sehingga dapat diterima oleh Pemilik. Pasal-pasal dalam kontrak harus dapat dipahami dengan baik, sehingga tidak akan menimbulakan perbedaan pandangan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan. Terlebih jika kontrak pekerjaan dilaksanakan antara kontraktor lokal dengan pemilik asing.

DAFTAR PUSTAKA
1) Abduyl Malak, M.Asem, Ej-Saadi, Mustafa, Zeid, Marwan, “Process Model for
Administrations Construction Claim”, Journal of Construction Engineering and
Management, Vol.18 No.2, april 2002.
2) Clough, Richard H., And Sears, Glen.A, “Construction Contracting”, 6th edition,
New York: Jhon Willey & Sons Inc, 1994.
3) Diktat Kuliah Manajemen Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Jayabaya,
2008
4) Imam Suharto, SH.. “Manajemen Proyek”. Erlangga, Jakarta, 1995
5) Nazarkhan Yasin Ir., “Klaim Konstruksi dan Perkembangannya di Indonesia”.
Seminar Nasioanl Manajemen Konstruksi.
6) Undang-Undang RI No.18 Tahun 1999, Jasa Konstruksi, Bussiness News, 1999.
7) Vincent G. Bush, “Manajemen Konstruksi”. Lembaga PPM, Jakarta, 1985

Selasa, 30 April 2019

Ekonomi Teknik

Nama: Friza Wastu Lestari
Kelas/NPM: 3TA06/12316927
TUGAS EKONOMI TEKNIK

1  1.) Berikan masing-masing 5 contoh barang yang dapat terdepresiasi (penyusutan) dan yang            tidak dapat terdepresiasi!
    Jawab:

Dapat Terdepresiasi
Tidak Dapat Terdepresiasi
Mesin
Saham
Kendaraan
Reksadana
Perabotan
Obligasi
Tanah
Emas
Bangunan
Investasi Properti

2.)  Biaya pemeliharaan mesin sebagai berikut:

Tahun
Biaya (Rp Dalam Juta)
1
1
2
1,3
3
1,6
4
1,9
5
2,2

Berapa biaya yang harus ditabung/ disiapkan sekarang bila suku bunga 8% PA.
Jawab:

P          = A (P/A, 8%, 5) + G (P/G, 8%, 5)
            = 1 (3,993) + 0,3 (7,372)
            = 3,993 + 2,212
            = 6,205
Biaya yang harus ditabung/ disiapkan sekarang bila suku bunga 8% PA adalah
Rp 6.205.000,-


3.)   Biaya pemeliharaan mesin sebagai berikut:

Tahun
Biaya (Rp Dalam Juta)
1
2
2
3
3
4
4
5

Berapa biaya pertahunnya yang sebanding dengan rangkaian biaya pemeliharaan diatas, bila suku bunga 9% PA.
Jawab:

A          = A + G (A/G, 9%, 4)
            = 2 + 1 (1,393)
            = 3,939

Biaya pertahunnya yang sebanding dengan rangkaian biaya pemeliharaan diatas, bila suku bunga 9% PA adalah Rp 3.939.000,-

Selasa, 19 Maret 2019

Konstruksi Jembatan

KONSTRUKSI JEMBATAN

Membahas tentang syarat-syarat perencanaan jembatan, peraturan-peraturan dalam perencanaan jembatan, bagian-bagian dari konstruksi jembatan, bentuk-bentuk jembatanserta beban-beban yang bekerja dalam perencanaan struktur jembatan.

1.) Syarat-syarat (pertimbangan) perencanaan jembatan yang layak

a. Kekuatan Struktural dan Stabilitas Keseluruhan
        Struktur harus mempunyai kekuatan memadai untuk menahan beban pada kondisi ultimate dan struktur sebagai satu kesatuan harus stabil pada pembebanan tersebut. 

b. Kelayakan Struktural
        Bangunan bawah dan pondasi harus berada dalam keadaan layan pada beban batas beban layak. Hal ini berarti struktur tidak boleh mengalami retakan, lendutan atau getaran sedemekian sehingga masyarakat menjadi khawatir atau jembatan menjadi tidak layak untuk penggunaan atau mempunyai pengurangan berarti dalam umur kelayanan. 

c. Keawetan
        Bahan yang dipilih harus sesuai untuk lingkungan, missal jembatan rangka baja yang di galvanisasi tidak merupakan bahan terbaik untuk penggunaan di dalam lingkungan laut agresif garam yang dekat pantai. 

d. Kenyamanan bagi pengguna jembatan
        Lantai jembatan harus dirancang untuk menghasilkan pergerakan lalu lintasyang mulus. Pada jalan yang diperkeras, pelat injak (structural transition slab) harus dipasang diantara jalan pendekat dan kepala jembatan.Sudut pada sambungan lantai beton yang terlewati oleh lalu lintas harus dilindungi dari kemungkinan tergerus atau gompal. Apabila lantai beton tanpa lapis permukaan aspal digunakan, pertimbangan harus diberikan untuk menyediakan ketebalan tambahan+10 mm untuk keperluan penyesuaian profil lantai dengan cara penggerindaan (grinding) dan sebagai kompensasi berkurangnya ketebalan akibat tergerus. 

e. Kemudahan Konstruksi
        Pemilhan rencana harus mudah dilaksanakan, rencana yang sulit akan dapat menyebabkan waktu pengerjaan yang lama dan peningkatan biaya, sehingga harus di hindari sedapat mungkin. 

f. Ekonomis dapat diterima
        Rencana termurah yang sesuai pendanaan dan pokok-pokok rencana lainnya umumnya yang dipilih. Penekanan harus di berikan pada biaya umur total struktur yang mencakup biaya pemeliharaan dan tidak hanya biaya permulaan konstruksi. 

g. Estetika
         Struktur jembatan harus menyatu dengan pemandangan alam dan menyenangkan untuk dilihat.

2.) Peraturan-peraturan dalam perencanaan Jembatan
a. Peraturan dan Standar
   · BMS 92 : Bridge Management System, 1992
   · BMS 93 : Lampiran A dan Penjelasan Bag 1 sd. 9
   · BMS 93 : Panduan Pengawasan dan Pelaksanaan jembatan
  · Guidelines for the Installation, Inspection, Maintenance and Repair of Structural Supports for Highway Signs, Luminaires and Traffic Signals, FHWA NHI 05-036, March 2005
   · Modifikasi Jembatan Bailey dengan Cara Perkuatan Cable
   · Panduan Pengawasan dan Pelaksanaan Jembatan
   · Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan - Persyaratan Tahan Gempa
   · Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan
   · RSNI T-02-2005 : Standar Pembebanan Untuk Jembatan
   · RSNI T-03-2005 : Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan
   · RSNI T-04-2005 : Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan
   · Spesifikasi Bantalan Elastomer Tipe Polos dan Tipe Berlapis untuk Perletakan Jembatan
   · Spesifikasi Pilar dan Kepala Jembatan Sederhana Bentang 5 m sampai 25 m dengan Fondasi Tiang Pancang
   · Standar Jembatan Bina Marga
   · Standar Pembebanan Untuk Jembatan Jalan Raya
   · Standar Perencanaan Gempa Untuk Jembatan
    . VSL-Indonesia

b. SLAB ON GRADE
   · Pedoman Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen
   · Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen)
   · Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Semen 

c. REFERENCE
   · FEMA : Federal Emergency Management Agency
   · Precast Segmental Box Girder Bridges With External Prestressing, Design and Construction
   · Preliminary Design of Precat Prestressed Concrete Box Girder Bridges
  · Comprehensive Design Example for Prestressed Concrete (PSC) Girder Superstructure Bridge, FHWA
   · LRFD Design Example for Steel Superstructure Bridge, FHWA
   · Extending Span Rougs of Precast Prestressed Concrete Girder, NHCRP
   · Connection of Simple Span Precast Concrete Girder for Continuity, NCHRP
   · Concrete Box-Girder Bridges, IABSE

d. BROSUR
   · Tabel Konstruksi Baja
   · Precast Wall-Sheet Pile Adhi Karya
   · Precast Slab Adhi Karya
   · Precast Pile - 2 Adhi Karya
   · Precast Pile - 1 Adhi Karya
   · Precast Girder Wika
   · Precast Girder Adhi Karya 

e. LITERATURE
   · Buku Pedoman Perencanaan Struktur Baja (Structural Steel Designer's Handbook)

3.) Bagian-bagian Konstruksi Jembatan

1. Struktur Atas ( Superstructures)
        Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki, dll.
Struktur atas jembatan umumnya meliputi :

a). Trotoar, berfungsi sebagai tempat berjalan bagi para pejalan kaki yang melewati jembatan agar tidak terganggu lalu lintas kendaraan.Konstruksi trotoar direncanakan sebagai pelat beton yang diletakkan pada lantai jembatan bagian samping yang diasumsikan sebagai pelat yang tertumpu sederhana pada pelat jalan.

Hasil gambar untuk trotoar pada jembatan

b). Slab lantai kendaraan, berfungsi sebagai penahan lapisan perkerasan yang menahan beban langsung lalu lintas yang melewati jembatan itu. 

c). Gelagar (Girder). terdiri atas gelagar induk / memanjang dan gelagar melintang.Gelagar induk atau memanjang merupakan komponen jembatan yang letaknya melintang arah jembatan atau tegak lurus arah aliran sungai. Sedangkan, gelagar melintang merupakan komponen jembatan yang letaknya melintang arah jembatan. 

Hasil gambar untuk gambar girder pada jembatan

d). Balok diafragma, berfungsi mengakukan PCI girder dari pengaruh gaya melintang. 


e) Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang) .

f) Andas / perletakan, merupakan perletakan dari jembatan yang berfungsi untuk menahan beban berat baik yang vertikal maupun horisontal. Disamping itu juga untuk meredam getaran sehingga abutment tidak mengalami kerusakan. 


g) Tumpuan (Bearing) karet jembatan yang merupakan salah satu komponen utama dalam pembuatan jembatan, yang berfungsi sebagai alat peredam benturan antara jembatan dengan pondasi utama. 


2. Struktur Bawah ( Substructures)
        Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan beban lain yang ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan pada tumpuan dsb. untuk kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut disalurkan oleh fondasi ke tanah dasar.

a) Pangkal jembatan (Abutment), merupakan bangunan yang berfungsi untuk mendukung bangunan atas dan juga sebagai dinding penahan tanah. Bentuk abutment dapat berupa abutment tipe T terbalik yang dibuat dari beton bertulang. 

b) Pilar jembatan (Pier), terletak di tengah jembatan (di tengah sungai) yang memiliki kesamaan fungsi dengan kepala jembatan yaitu mentransfer gaya jembatan rangka ketanah. Sesuai dengan standar yang ada, panjang bentang rangka baja, sehingga apabila bentang sungai melebihi panjang maksimum jembatan tersebut maka dibutuhkan pilar. 


c) Drainase,fungsi drainase adalah untuk membuat air hujan secepat mungkin dialirkan keluar dari jembatan sehingga tidak terjadi genangan air dalam waktu yang lama. Akibat terjadinya genangan air maka akan mempercepat kerusakan struktur dari jembatan itu sendiri.Saluran drainase ditempatkan pada tepi kanan kiri dari badan jembatan ( saluran samping ). 

Hasil gambar untuk drainase pada jembatan

3. Pondasi.
Pondasi berfungsi untuk meneruskan beban-beban di atasnya ke tanah dasar. Pada perencanaan pondasi harus terlebih dahulu melihat kondisi tanahnya. Dari kondisi tanah inidapat ditentukan jenis pondasi yang akan dipakai. Pembebanan pada pondasi terdiri atas pembebanan vertikal maupun lateral, dimana pondasi harus mampu menahan beban luar diatasnya maupun yang bekerja pada arah lateralnya. Dalam pemilihan tipe pondasi secaragaris besar ditentukan oleh kedalaman tanah keras, karena untuk mendukung daya dukung tamahterhadap struktur bangunan jembatan yang akan direncanakan. 



4.) Bentuk Bentuk Jembatan

a) Jembatan Sederhana
Pengertian jembatan sederhana adalah ditinjau dari segi konstruksi yang mudah dan sederhana, atau dapat diterjemahkan struktur terbuat dari bahan kayu yang sifatnya darurat atau tetap, dan dapat dikerjakan/dibangun tanpa peralatan modern canggih. 

Hasil gambar untuk gambar jembatan sederhana

b) Jembatan baja
Jembatan baja pada umumnya digunakan untuk jembatan denganbentang yang panjang dengan beban yang diterima cukup besar. Sepertihalnya beton prategang, penggunaan jembatan baja banyak digunakandan bentuknya lebih bervariasi, karena dengan jembatan baja bentang yang panjang biayanya lebih ekonomis. 

Hasil gambar untuk gambar jembatan baja

c) Jembatan komposit
Jembatan komposit merupakan perpaduan antara dua bahan yang sama atau berbeda dengan memanfaatkan sifat menguntungkan dari masing-masing bahan tersebut, sehingga kombinasinya akan menghasilkan elemen struktur yang lebih efisien.

Hasil gambar untuk gambar jembatan komposit

d) Jembatan lengkung
Jembatan lengkung memiliki dinding tumpuan pada setiap ujungnya.Jembatan lengkung yang paling awal diketahui dibangun olehmasyarakat Yunani, contohnya adalah Jembatan Arkadiko. Beban dari jembatan akan mendorong dinding tumpuan pada kedua sisinya. 

Hasil gambar untuk gambar jembatan lengkung

e) Jembatan Gantung (Suspension Bridge)
Dahulu, jembatan gantung yang paling awal digantungkan dengan menggunakan tali atau dengan potongan bambu. Jembatan gantung modern digantungkan dengan menggunakan kabel baja. Pada jembatan gantung modern, kabel menggantung dari menara jembatan kemudian melekat pada caisson (alat berbentuk peti terbalik yang digunakan untuk menambatkan kabel di dalam air) atau cofferdam (ruangan di air yang dikeringkan untuk pembangunan dasar jembatan). 

Hasil gambar untuk gambar jembatan gantung

f) Jembatan Kabel-Penahan (Cable-Stayed Bridge)
Seperti jembatan gantung, jembatan kabel-penahan ditahan dengan menggunakan kabel. Namun, yang membedakan jembatan kabel-penahan dengan jembatan gantung adalah bahwa pada sebuah jembatan kabel-penahan jumlah kabel yang dibutuhkan lebih sedikit dan menara jembatan menahan kabel yang lebih pendek. Jembatan kabel-penahan yang pertama dirancang pada tahun 1784 oleh CT Loescher.

Hasil gambar untuk gambar jembatan kabel penahan

g) Jembatan Box Girder
Jembatan box girder umumnya terbuat dari baja atau beton konvensional maupun prategang. box girder terutama digunakan sebagai gelagar jembatan, dan dapat dikombinasikan dengan sistem jembatan gantung, cable-stayed maupun bentuk pelengkung. Manfaat utama dari box girder adalah momen inersia yang tinggi dalam kombinasi dengan berat sendiri yang relatif ringan karena adanya rongga ditengah penampang. 

Hasil gambar untuk gambar jembatan box girder


5.) Beban Beban yang bekerja dalam perencanaan struktur jembatan
 Secara umum beban - beban yang dihitung dalam merencanakan jembatan dibagi atas dua yaitu beban primer dan beban sekunder. Beban primer adalah beban utama dalam perhitungan tegangan untuk setipa perencanaan jembatan, sedangkan beban sekunder adalah beban sementara yang mengakibatkan tegangan - tegangan yang relatif kecil daripada tegangan akibat beban primer dan biasanya tergantung dari bentang, bahan, sistem kontruksi, tipe jembatan dan keadaan setempat. Beban primer jembatan mencakup beban mati, beban hidup dan beban kejut. Sedangkan Beban Sekunder terdiri dari beban angin, gaya rem, dan gaya akibat perbedaan suhu. 

1. BEBAN PRIMER
    a. Beban mati
       Beban mati adalah semua muatan yang berasal dari berat sendiri jembatan atau bagian jembatan yang ditinjau, termasuk segala unsur tambahan tetap yang dianggap mrupakan satu satuan dengan jembatan (Sumantri, 1989). Dalam menentukan besarnya muatan mati harus dipergunakan nilai berat volume untuk bahan&bahan bangunan. Contoh beban mati pada jembatan berat beton, berat aspal, berat baja, berat pasangan bata, berat plesteran dll. 

 b. Beban hidup
      Yang termasuk dengan beban hidup adalah beban yang berasal dari berat kendaraan&kendaraan bergerak lalu lintas dan)atau pejalan kaki yang dianggap bekerja pada jembatan. Beban hidup yang ditinjau terdiri dari
   -Beban Pedestrian / Pejalan Kaki (Tp) 
Jembatan jalan raya direncanakan mampu memikul beban hidup merata pada trotoar yang besarnya tergantung pada luas bidang trotoar yang didukungnya
   - Beban Jalur lalu lintas "D" (TD)
Beban kendaraan yg berupa beban lajur "D" terdiri dari beban terbagi merata (Uniformly Distributed Load) , UDL dan beban garis (Knife Edge Load) , UDL mempunyai intensitas q (KPA) yang besarnya tergantung pada panjang total L yang dibebani lalu&lintas.

  c. Beban kejut
   Menurut Anonim (1987;10) beban kejut diperhitungkan pengaruh getaran&getaran dari pengaruh dinamis lainnya., tegangan & tegangan akibat beban garis (P) harus dikalikan dengan koefisien kejut. Sedangkan beban terbagi rata (q) dan beban terpusat (T) tidak dikalikan dengan koefisien kejut.

2. BEBAN SEKUNDER 
 
a. Beban Gaya Rem (TB)
Pengaruh pengereman dari lalu-lintas diperhitungkan sebagai gaya dalam arah memanjang dan dianggap bekerja pada permukaan lantai jembatan.

b. Gaya Akibat Perbedaan Suhu (ET)
Untuk memperhitungkan tegangan maupun deformasi struktur yang timbul akibat pengaruh temperatur, diambil perbedaan temperatur yang besarnya setengah dari selisih antara temperatur maksimum dan temperatur minimum rata-rata pada lantai jembatan. 

c. Beban Gempa (EQ)
Beban gempa yang di perhitungkan pada perencanaan yaitu Beban Gempa Statik Ekivalen.

d. Beban Angin (EW)

- Angin Yang Meniup Bidang Samping Jembatan.
Gaya akibat angin yang meniup bidang samping jembatan dihitung dengan rumus:
TEW1 = 0.0006*Cw*(Vw)2*Ab kN
Dimana:
Cw = koefisien seret Cw = 1,25
Vw = Kecepatan angin rencana (m/det) Vw = 35,00 m/det
Ab = luas bidang samping jembatan (m2)

- Angin Yang Meniup Kendaraan
Gaya angin tambahan arah horisontal pada permukaan lantai jembatan akibat beban angin yang meniup kendaraan di atas lantai jembatan dihitung dengan rumus :
TEW2 = 0.0012*Cw*(Vw)2 * L / 2


Nama: Friza Wastu Lestari
NPM: 12316927
Kelas: 3TA06
Nama Dosen: I Kadek Bagus Widana Putra
link 1: https://ftsp.gunadarma.ac.id/sipil/
link 2: https://www.gunadarma.ac.id